HIKMAH PENYAKIT BAGI SEORANG MUSLIM/MUSLIMAH

Assallamuallaikum warohmatullohi wabarokatuh,
Audzubillahhiminnas aitonirozim Bismillahirrohmanir rohim.

Innalhamda lillah, nahmaduhu wa nastaiinuhu wa nastagfiruh, wana’uudzubillahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiati a’maalinaa, mayahdihilahu fala mudilla lah, wamayudlil fala haadiyalah, wa asy hadu ala illaaha illallah, wahdahula syariikalah, wa asyhadu anna muhammadan a’bduhu wa rosuuluh.Amabadu,



Salawat serta salam kita sampaikan kepada penghulu para Nabi, panutan kita Nabi Besar Muhammad SAW, para keluarganya, para sahabatnya dan semua pengikutnya yang taat kepada ajarannya sampai Hari Kiamat kelak.

Sebagaii makhluk hidup manusia tidak akan bisa menghindarkan diri dari rasa sakit atau menderita suatu penyakit, baik yang menimpa dirinya, keluarganya, sahabatnya atau tetangganya. Hanya mungkin kadar dan jenisnya yang berbeda satu sama lainnya. Sebagai orang yang beriman tentu saja kita harus bisa menyikapinya kondisi/keadaan tsb secara positive. Untuk itu saya ingin mencoba menyampaikan suatu Risalah yang berjudul “HIKMAH PENYAKIT BAGI SEORANG MUSLIM/MUSLIMAH” yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kita sekalian.



Berbagai macam penyakit yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba- Nya merupakan bagian dari cobaan, yang merupakan Sunattullah dan ditetapkan berdasarkan rahmat dan hikmah-Nya. Sesungguhnya Allah tidak menetapkan sesuatu takdir/ketetapan, melainkan didalamnya terkandung kebaikan dan rakhmat bagi hamba-Nya. Di dalamnya terkandung hikmah yang amat besar yang tidak mungkin bisa dinalar oleh akal manusia.



Ibnul Qayyim, rahimmullah, berkata :” Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya,maka tidak kurang dari ribuan hikmah. Namun akal kita sangat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua mahluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah. Sebagaimana sinar lampu yang sia-sia di bawah sinar matahari. Dan ini pun hanya kira-kira, yang sebenarnya tentu lebih dari sekedar gambaran ini.”


Berikut ini sebagian kecil dari hikmah dari suatu penyakit bagi hamba Allah :

1. Sikap sabar dalam menghadapi penyakit. Jika seseorang, benar-benar beriman, maka segala urusannya merupakan kebaikan. Jika ia mendapat kesenangan, maka ia bersyukur dan ketika ia mendapat kesusahan , ia bersabar. Rasullullah SAW bersabda :” Sungguh menakjuban urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya”.


2. Menghapuskan dosa dan kesalahan. Penyakit itu, merupakan sebab pengampunan bagi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan seseorang. Dan terkadang penyakit itu merupakan hukuman dari suatu dosa yang pernah dilakukan seseorang.
Allah SWT berfirman : (Audz..) “Wa maa asoobakum mim musiibatin fa bimaa kasabat aidiikum wa ya’fuu ‘an kasiir.” yang artinya : “Dan musibah apapun yang menimpamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahan mu)”. (QS Asy-Syuuro:30)

Dicepatkannya hukuman bagi seorang mukmin di dunia justru baik baginya, sehigga dengan itu Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dan ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan bersih dan selamat. Salah satu HR Bukhari menyatakan: “Tidaklah seorang muslim/muslimat tertimpa suatu penyakit atau sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya”



3. Ditulis/dicatat berbagai kebaikan dan derajat ditinggikan. Diantara hikmah penyakit, jika seseorang bersabar, ia akan diberi pahala dengan dituliskan kebaikan dan diangkatnya derajat. Dari Abu Hurairah, Radiallahu Anh, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada satu amal yang bisa menghantarkannya ke sana. Maka Allah senantiasa mencobanya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia bisa sampai pada kedudukan yang dikehendaki Allah”.



4. Jalan menuju surga. Surga tidak bisa diperoleh melainkan dengan sesuatu yang tidak disukai jiwa manusia.“Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan Neraka itu dikelilingi dengan berbagai macam syahwat.” (HR. Bukhari).



5. Membawa keselamatan dari api Neraka. Rasulullah SAW bersabda :”Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api neraka “. (HR. Al-Bazzar).



Rasulullah SAW juga pernah bersabda “Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran2 besi.”(HR. Muslim).



6. Mengembalikan hamba kepada Rabb nya dan mengingatkan kelalaiannya. Diantara hikmah penyakit adalah mengembalikan hamba yang tadinya jauh dan lalai dari mengingat Allah agar kembali kepadanya. Kesadaran ini akan membuat dia berhenti dari perbuatan dosa dan maksiat yang biasa ia lakukan. Biasanya seseorang ketika sehat wal’afiat suka tenggelam dalam perbuatan dosa dan maksiat. Dia sibuk dengan urusan dunia dan melupakan Rabb-nya. Syaitan mempergunakan kesempatan ini untuk membuatnya lalai dan menyeretnya kekubangan syahwat dan kedurhakaan. Oleh sebab itu dengan cobaan suatu penyakit, maka baru dia merasakan kelemahan, kehinaan dan ketidak mampuan dihadapan Rabbnya. Penyakit bisa membuka kesadaran bahwa engkau sangat membutuhkan Allah. Tidak sesaatpun engkau tidak membutuhkan- Nya. Sehingga hatimu selalu bergantung kepada Allah. Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:”Musibah yang diterima karena Allah semata, lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuatmu lupa mengingat-Nya”.



7. Mengingatkan nikmat Allah yang lalu dan yang ada. Diantara hikmah penyakit adalah mengingatkan nikmat dan karunia Allah yang dilimpahkan kepada kita. Berapa banyak nikmat yang diberikan Allah kepada kita dan berapa banyak malapetaka yang dihindarkan dari kita. Banyak nikmat yang kita lalaikan tatkala kita dalam keadaan sehat. Maka bencana berupa penyakit yang ditimpakan kepada kita bisa mengingatkan terhadap nikmat yang melimpah di sekitar kita.



8. Mengingatkan keadaan saudara-saudaranya yang sedang sakit. Kesibukan seseorang dalam hidupnya untuk mencari harta kekayaan dan keadaannya yang segar bugar, bisa membuatnya tidak memikirkan keadaan saudara2nya yang sedang sakit. Lalu hatinya terketuk apabila dia sendiri terkena musibah sakit untuk memenuhi hak-haknya. Yaitu mengunjunginya, membantu keperluannya, meringankan musibah yang menimpanya, menghiburnya, membantu penyembuhannya, mendoakannya agar segera sembuh dll.



9. Menyucikan hati dari berbagai macam penyakit. Keadaan yang sehat bisa mengundang seseorang untuk bersikap sombong, bangga, dn takjub kepada diri sendiri. Namun jika penyakit telah menguasainya dan penderitaan merundung dirinya, maka jiwanya bisa menjadi lunak, hatinya menjadi lembut, sifat-sifat kurang baik seperti sombong, takabur, dengki dan membanggabanggakan diri bisa hilang, lalu akhirnya akan tunduk dan pasrah kepada Allah serta akan tekun beribadah.



10. Penyakit merupakan nikmat dan anugerah. Karena cobaan dan ujian itu merupakan nikmat, maka orang-orang shaleh justru gembira sekiranya mendapat cobaan itu, tak berbeda jika mereka mendapat kesenangan. Nabi SAW telah menyebutkan bahwa cobaan para Nabi dan orang Shaleh antara lain adalah penyakit. Beliau bersabda:”Dan sesungguhnya salah seorang di antara mereka benar-benar merasa gembira karena mendapat cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kalian merasa gembira karena mendapat kelapangan”



Demikianlah pencerahan singkat yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat khususnya bagi diri saya sendiri dan umumnya untuk kita semua. Segala kekurangan datangnya dari kebodohan dan kekurangan ilmu yang saya miliki, sedangkan segala kebaikan datangnya dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Amin.



Subhanaka Allahumma wabihamdika, asyhadu alla Illaha illa Anta, astagfiruka wa atuubu ilaik.



Wassallamualikum Warrohmatullohi Wabarokatuh.

Puri Bintaro 13 Rajab 1431 H

:)sayangi diri anda...salam sayang..sayang selalu....Sayang Shikin